Yusril Ihza Mahendra : DPR Terlalu Banyak Artis

Yusril Ihza Mahendra

Parksidediner.net – Politikus senior sekaligus pakar hukum tata negara, Yusril Ihza Mahendra, melontarkan kritik tajam terhadap komposisi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) periode saat ini. Menurutnya, terlalu banyak kalangan selebritas atau artis yang duduk di kursi parlemen, sehingga dikhawatirkan memengaruhi kualitas legislasi dan kinerja DPR secara keseluruhan.

Kritik Yusril Ihza Mahendra terhadap Komposisi DPR

Dalam pernyataannya, Yusril menilai bahwa kehadiran artis di parlemen bukanlah masalah jika mereka memiliki kapasitas, integritas, dan pemahaman mendalam mengenai tugas legislatif. Namun, jika sekadar mengandalkan popularitas tanpa pengalaman politik dan wawasan hukum, hal ini justru bisa menurunkan kualitas kerja DPR.

“DPR bukanlah panggung hiburan. Tugasnya sangat serius, yakni membuat undang-undang, melakukan pengawasan, dan menyerap aspirasi rakyat. Jika komposisinya terlalu banyak artis tanpa kompetensi, tentu akan berdampak pada hasil legislasi,” tegas Yusril.

Fenomena Artis Masuk Politik

Masuknya artis ke dunia politik sebenarnya bukan hal baru. Popularitas mereka di tengah masyarakat sering di manfaatkan partai politik untuk menarik suara dalam pemilu. Dengan basis penggemar yang besar, artis di anggap sebagai magnet elektoral yang efektif.

Namun, menurut Yusril, fenomena ini perlu di cermati lebih jauh. Popularitas memang dapat membawa kemenangan, tetapi belum tentu sejalan dengan kemampuan menjalankan fungsi legislatif. Ia menegaskan bahwa menjadi wakil rakyat membutuhkan pengetahuan mendalam mengenai konstitusi, regulasi, serta kemampuan memperjuangkan kepentingan publik.

Dampak bagi Kinerja Legislasi

Kritik Yusril juga menyinggung soal kualitas legislasi di DPR. Ia menyebut, beberapa undang-undang yang lahir dalam periode terakhir kerap menuai kontroversi karena di anggap tidak berpihak sepenuhnya kepada rakyat. Kondisi ini di perburuk jika banyak anggota parlemen tidak memiliki kapasitas memadai dalam merumuskan kebijakan.

Menurutnya, DPR membutuhkan lebih banyak orang yang berkompeten di bidang hukum, ekonomi, pertanian, kesehatan, dan berbagai sektor lain. Hal ini agar setiap undang-undang yang di hasilkan mampu menjawab kebutuhan bangsa secara komprehensif.

Pandangan Publik

Pernyataan Yusril menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Sebagian setuju bahwa artis sebaiknya di batasi jumlahnya di parlemen, kecuali jika benar-benar menunjukkan kapasitas politik yang kuat. Di sisi lain, ada yang menilai bahwa artis pun memiliki hak yang sama untuk dipilih dan menjadi wakil rakyat, selama prosesnya sesuai dengan aturan pemilu.

Tidak sedikit pula masyarakat yang merasa kecewa karena melihat sebagian artis yang duduk di DPR justru jarang berkontribusi aktif dalam rapat dan pembahasan undang-undang. Hal ini memperkuat anggapan bahwa popularitas semata tidak cukup untuk menjadi seorang legislator yang baik.

Tuntutan Reformasi Politik

Kritik Yusril membuka kembali wacana mengenai perlunya reformasi sistem politik di Indonesia. Salah satunya adalah dengan meningkatkan standar rekrutmen calon anggota legislatif oleh partai politik. Partai harus lebih selektif, bukan hanya berdasarkan elektabilitas, tetapi juga mempertimbangkan kualitas dan integritas.

Selain itu, edukasi politik kepada masyarakat juga sangat penting. Pemilih harus memahami bahwa memilih wakil rakyat bukan hanya soal popularitas, tetapi tentang siapa yang benar-benar mampu memperjuangkan aspirasi mereka. Dengan kesadaran politik yang lebih matang, di harapkan komposisi DPR akan semakin berimbang dan berkualitas.

Harapan ke Depan

Yusril menegaskan bahwa kritik yang ia sampaikan bukan untuk mendiskreditkan profesi artis, melainkan untuk mengingatkan pentingnya menjaga kualitas lembaga legislatif. Ia berharap ke depan DPR diisi oleh orang-orang yang memiliki dedikasi, kapasitas, dan pemahaman yang kuat mengenai peran strategis parlemen.

“Bangsa ini memerlukan wakil rakyat yang bisa berpikir jauh ke depan, bukan hanya sekadar mengandalkan popularitas. Kita harus menempatkan kepentingan rakyat di atas segalanya,” pungkas Yusril.

Penutup

Kritik Yusril Ihza Mahendra terhadap DPR yang dinilai terlalu banyak diisi oleh artis kembali memicu diskusi publik tentang kualitas legislatif Indonesia. Popularitas memang bisa membawa seseorang masuk ke parlemen, namun kemampuan dan integritas tetap menjadi faktor utama dalam menjalankan amanat rakyat.

Harapan masyarakat kini tertuju pada partai politik dan pemilih agar lebih selektif dalam menentukan calon wakil rakyat. Dengan begitu, DPR ke depan dapat benar-benar menjadi lembaga yang kuat, berwibawa, dan mampu menghadirkan kebijakan yang berpihak pada rakyat.