Perdana Menteri (PM) Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani. Ia melontarkan kecaman keras terhadap Israel menyusul serangan udara yang terjadi di ibu kota Qatar, Doha. Serangan tersebut menewaskan enam orang, termasuk seorang petugas keamanan Qatar. Serangan ini di nilai sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan negara serta ancaman serius terhadap usaha perdamaian di kawasan Timur Tengah.
BACA JUGA : Tarif Minyak Rusia : AS Mendesak G7 ke China & India
Latar Belakang Serangan Udara di Doha
- Serangan udara terjadi pada 9 September 2025 di kawasan Leqtaifiya, Kota Doha. Sasaran utama serangan adalah pimpinan politik Hamas yang di percaya berpartisipasi dalam pembicaraan gencatan senjata dan pembebasan sandera.
- Korban jiwa dalam serangan ini mencapai enam orang, termasuk lima anggota Hamas dan satu petugas keamanan Qatar.
- Pemerintah Qatar menyangkal klaim bahwa mereka telah menerima peringatan sebelumnya dari pihak AS mengenai serangan tersebut.
Reaksi Perdana Menteri Qatar
- Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani menggambarkan serangan sebagai tindakan “teror negara” dan menyebutnya sebagai pelanggaran berat terhadap hukum internasional dan norma diplomatik.
- Menurut PM Qatar, serangan tersebut sama dengan merusak kepercayaan dan prospek penyelesaian damai, khususnya pembebasan sandera yang sedang dinegosiasikan. Ia menyebut bahwa serangan itu “membunuh harapan apa pun” yang masih tersisa untuk pembebasan sandera di Gaza.
- Qatar juga menegaskan bahwa mereka memiliki hak untuk merespons atau mengambil langkah-langkah tertentu sebagai tanggapan atas serangan yang dianggap provokasi terhadap kedaulatan negara.
Dampak Diplomatik dan Politik
- Serangan ini memperburuk ketegangan antara Qatar dan Israel. Qatar selama ini menjadi mediator penting dalam upaya perundingan gencatan senjata dan pembebasan sandera.
- Ada reaksi luas dari berbagai negara Arab dan Islam yang menyerukan kecaman terhadap tindakan Israel. Kemudian mendesak adanya respons hukum dan diplomatik karena di anggap telah melanggar prinsip kedaulatan.
- Pemerintah Qatar juga membentuk tim hukum untuk memeriksa kemungkinan membawa Israeli PM Benjamin Netanyahu ke jalur hukum internasional atas serangan ini.
Tantangan dan Kontroversi Perdana Menteri Qatar
- Israel menyatakan bahwa serangan tersebut menargetkan pimpinan Hamas yang di anggap sebagai ancaman keamanan. Akan tetapi ada perbedaan versi mengenai siapa yang sebenarnya menjadi target dan detail korban yang tewas.
- Klaim bahwa Qatar telah di beri peringatan sebelumnya oleh AS di bantah keras oleh pihak Qatar, menciptakan kontroversi atas peran dan transparansi pihak ketiga dalam konflik ini.
- Serangan di wilayah yang biasanya di anggap aman bagi aktivitas diplomatik dan mediasi di khawatirkan akan merusak diplomasi lintas pihak dan memperpanjang konflik.
Implikasi bagi Masa Depan Perdamaian
- Kepercayaan terhadap mediator utama — termasuk Qatar — bisa terganggu, yang dapat memperlambat atau menggagalkan upaya gencatan senjata dan pembebasan sandera.
- Serangan ini bisa memicu eskalasi lebih luas jika negara-negara lain di kawasan memutuskan untuk merespons atau berhenti bekerja sama dalam diplomasi.
- Pencitraan internasional Israel di hadapkan pada kritik atas pelanggaran norma internasional dan perlindungan warga sipil, terutama dalam kondisi konflik bersenjata.
Kesimpulan
Serangan udara Israel di Doha yang menewaskan enam orang, termasuk petugas keamanan Qatar. Hal ini telah mengundang kemarahan besar dari Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani. Ia telah mengecam tindakan tersebut sebagai pelanggaran kedaulatan dan teror negara, serta menyatakan bahwa harapan untuk pembebasan sandera telah hancur akibat insiden ini.
Respon Qatar mencakup kecaman diplomatik, upaya hukum, hingga ancaman untuk merespons jika terjadi pelanggaran serupa di masa depan. Insiden ini juga menjadi ujian bagi diplomasi wilayah dan mediasi konflik di Timur Tengah, menunjukkan betapa rapuhnya proses perdamaian dalam konteks konflik bersenjata dan pertikaian politik.