Parksidediner.net – Mantan Bupati Abdul Wahid ditetapkan sebagai tersangka korupsi proyek di Dinas PUPR Kabupaten Hulu Sungai Utara senilai belasan miliar rupiah.
Latar Belakang Kasus
Mantan Bupati Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), Abdul Wahid, menjadi sorotan publik setelah institusi anti-korupsi menetapkan diri nya sebagai tersangka atas dugaan penerimaan suap dan ‘uang komitmen’ dari sejumlah proyek di Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten HSU.
Penetapan tersangka ini merupakan pengembangan dari operasi tangkap tangan (OTT) yang di lakukan oleh lembaga antikorupsi pada 15 September 2021. Dalam proses penyidikan, terungkap bahwa jumlah dana yang di duga di terima Abdul Wahid mencapai Rp18,9 miliar, melibatkan aliran dari kontraktor melalui pejabat Dinas PUPRP Kabupaten HSU.
BACA JUGA : Tradisi Sedekah Laut di Jawa: Ungkapan Syukur Warisan Budaya
Kronologi Singkat
- Pada awal tahun 2019 hingga 2021, proyek-proyek infrastruktur di Dinas PUPR Kabupaten HSU di laporkan di lakukan dengan mekanisme yang di duga di atur secara non-transparan.
- Di tahun 2019: terdapat dugaan penerimaan komitmen fee sekitar Rp4,6 miliar.
- Di tahun 2020: dugaan penerimaan mencapai sekitar Rp12 miliar.
- Di tahun 2021: tambahan dugaan penerimaan sebesar Rp1,8 miliar.
- Pejabat Penetapan dilakukan pada 18 November 2021 saat Abdul Wahid secara resmi di tetapkan sebagai tersangka oleh lembaga antikorupsi.
Permasalahan Inti
Beberapa masalah pokok yang muncul dalam kasus ini antara lain:
- Pengaturan paket proyek dan kontraktor: Terdapat laporan bahwa pihak Dinas PUPRP HSU dan pihak kontraktor sudah memiliki “plotting paket” yang menunjuk nama-nama rekanan khusus dengan syarat pembagian fee.
- Mekanisme pengadaan yang di duga tidak sesuai prosedur: Dalam beberapa proyek infrastruktur, proses lelang atau e-catalog tampak tidak berjalan secara terbuka dan sesuai regulasi.
- Aliran dana yang signifikan: Nilai uang yang bergerak sangat besar — dalam satu periode mencapai belasan miliar rupiah — menimbulkan keprihatinan terkait efektivitas pengawasan internal dan eksternal.
- Tantangan penegakan hukum: Kasus ini menggambarkan bahwa aparat pengawasan harus lebih intensif dalam memantau proyek infrastruktur sebagai sektor rawan korupsi.
Dampak Bagi Pemerintahan Daerah dan Publik
Dampak terhadap citra pemerintahan
Penetapan tersangka terhadap eks-bupati yang memimpin daerah selama dua periode memberikan pukulan terhadap integritas pemerintahan daerah. Publik menjadi lebih skeptis terhadap bagaimana proyek publik di kelola dan bagaimana pejabat melaksanakan tugasnya.
Dampak terhadap pengelolaan proyek infrastruktur
Karena sektor infrastruktur merupakan salah satu tulang punggung pembangunan daerah, korupsi di sektor ini bisa berdampak pada:
- Kualitas proyek yang menurun karena biaya di lebihkan atau proses di persingkat secara tidak wajar.
- Penundaan atau pembatalan proyek karena anggaran tersedot untuk hal non-produktif.
- Ketidakmampuan pemerintah daerah dalam merespon kebutuhan masyarakat jika dana publik tidak di gunakan secara efisien.
Dampak terhadap kepercayaan publik
Kepercayaan masyarakat terhadap pejabat daerah dan sistem pengadaan publik menurun. Hal ini dapat membuat partisipasi publik dalam pengawasan proyek menjadi melemah, padahal pengawasan masyarakat adalah salah satu pilar untuk mencegah korupsi.
Penegakan Hukum dan Tindak Lanjut
Dalam kasus ini, langkah utama yang sudah di lakukan meliputi:
- Penetapan tersangka terhadap Abdul Wahid serta pejabat terkait dan kontraktor.
- Penyelidikan mendalam terhadap aliran dana dan proyek-proyek yang di duga bermasalah.
- Penahanan atau pemeriksaan terhadap pihak yang di duga terlibat dalam aliran komitmen fee.
Ke depan, tindak lanjut yang di harapkan meliputi:
- Penyelesaian perkara melalui proses persidangan yang terbuka agar publik mengetahui hasilnya.
- Pengembalian kerugian negara jika terbukti ada aliran dana publik yang di salahgunakan.
- Reformasi internal di Dinas PUPR dan sistem pengadaan di Kabupaten HSU agar tidak terjadi pengulangan.
- Peningkatan mekanisme pengawasan di tingkat provinsi dan kabupaten terkait proyek infrastruktur publik.
Pelajaran yang Bisa Diambil
Kasus ini menyimpan beberapa pelajaran penting bagi pemerintahan dan masyarakat:
- Radikalisasi pengawasan proyek publik: Proyek infrastruktur harus mendapatkan perhatian ekstra karena cenderung memiliki anggaran besar dan melibatkan banyak pihak.
- Transparansi dan akuntabilitas: Pemerintah daerah dan dinas teknis harus menerapkan standar transparan dalam pengadaan, lelang dan pelaporan.
- Peran masyarakat dan media: Pengawasan eksternal melalui masyarakat dan media lokal menjadi pendukung penting dalam mencegah praktik korupsi.
- Budaya integritas pejabat publik: Korupsi tidak hanya soal regulasi, tetapi juga soal budaya dan karakter dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Kesimpulan
Penetapan mantan Bupati Abdul Wahid sebagai tersangka dalam kasus korupsi proyek di Dinas PUPR Kabupaten Hulu Sungai Utara adalah pengingat keras bahwa korupsi di sektor publik tetap menjadi tantangan besar di Indonesia.
Kasus ini tidak hanya soal individu yang melanggar hukum, tetapi soal bagaimana sistem pengadaan publik, pengawasan internal dan eksternal, serta budaya pemerintahan di daerah beroperasi. Ke depan, dibutuhkan kerja sama antara pemerintah daerah, lembaga pengawas, media dan masyarakat untuk memastikan proyek publik benar-benar dipakai untuk kepentingan rakyat dan bukan untuk kepentingan pribadi atau kelompok.
Dengan menegakkan hukum secara transparan dan melakukan reformasi pada sistem pengadaan, diharapkan kepercayaan publik dapat pulih dan pembangunan daerah bisa berjalan dengan lebih efektif dan berintegritas.
